anda pembaca ke....

berita favorit

Sabtu, 03 Januari 2015

Kejujuran hati



Kejujuran hati
oleh : ani muthoharoh

Mencintai seseorang dalam diam itu menyakitkan. Seperti halnya diriku. Aku mencintai seorang lelaki namun dia tak pernah sadar bahwa aku mencintainya. Entah dia benar benar tahu, atau pura pura cuek terhadapku. Lelaki itu adalah sahabatku yang senantiasa selalu ada bersamaku. Pepatah bahwa sahabat menjadi cinta mungkin sudah merasuk dalam hati dan fikiranku. Namaku Angelina Rebeca, temen temen biasa memanggilku Caca. Aku skolah disalah satu SMA di Jakarta. Disekolah aku mempunyai tiga orang sahabat. Mereka adalah Verlita Subroto atau Verli. Dia adalah cewek yang hatinya kayak malaikat, baik banget. Selain baik dia juga cantik, pinter pula dan dia sering menajari aku tentang pelajaran yang belum aku kuasai. Yang kedua adalah Armando Jatmika. Cowok yang satu ini merupakan tipe cowok yang ribet, jika berpergian harus prepare  1 minggu sebelum hari H. Namun dibaik sifatnya itu dia adalah cowok yang pengertian dan sabar menghadapi masalah. Dan sahabatku yang terakir adalah Dimas Alfian. Dimas merupakan cowok penyayang dan perhatian terhadap sahabat sahabatnya. Termasuk diriku, hingga aku terbuai untuk menaruh ahti padanya. Walau dia tidak pernah member perhatian yang lebih kepadaku.

Hari sabtu, seperti iasa aku berangkat sekolah bersama verli. Sesmpainya di gerbang sekolah aku melihat dimas dan arman sedang berjalan mesasuki gerbang sekolah. Aku dan verli pun berlari menghampiri mereka.
Hey, guys!” Sapaku dan verli penuh keceriaan.
Hey cewek.” Balas arman­.
Ihh arman lebay deh.” Ujar verli
Haha, udah udah. Masuk kelas aja ntar telat.” Kata dimas sembari berlari karena bel masuk memang sudah berbunyi. Kami pun berlarian menuju kelas masing masing.
Dikelas kami duduk dibangu paling depan. Itupun karena diminta oleh para guru karena kami berempat jika dusuk dibelakang akan melakukan ulah, membuat gaduh kelas. Saat ini guru yang menngajar dikelas belum dating. Otomatis anak anak yang ada dikelas menjadi ramai. Termasuk dimas, dia paling heboh dikelas. Tiba tiba guru masuk bersma seorang siswi yang berparas cantik namun asing bagiku.
Pagi anak anak.” Sapa Bu Ida. Guru matematika sekaligus wali kelas kami.
Pagi, Bu.” Jawab semua siswa serentak.
Hari ini kalian mendapat teman baru. Kenalkan namamu, nak.” Ucap Bu Ida.
Hay, namaku Anindia Putri. Kalian bisa panggil aku Anin.” Kata cewek itu dengan penuh kesopanan.
Hay, Anin.” Ucap semua siswa serentak. Kecuali dimas. Lantas saja aku bertanya padanya.
Kenapa, Dim? Kenal sama tuh cewek?” Tanyaku.
Ehh, enggak koq. Gak kenal.Jawab Dimas gugup.
Silahkan duduk Anin” Kata Bu Ida kepada Anin.
Ada yang aneh terhadap sikap Dimas yang tak biasa. Tidak pernah aku mendapati Dimas segugup ini menghadapi orang yang belum dia kenal. Tapi mungkin itu hanya prasangka ku saja.
~||~
1 minggu berlalu,
Saat sedang istirahat seperti biasa semua siswa pergi kekantin termasuk aku dan sahabat sahabatku. Namun Anin, siswa baru itu sedang duduk dikelas sendirian. Aku dan Arman pun menghampirinya.
Anin, koq sendiri. Ke kantin yuk sama aku?” Kataku.
Ehh, iya Ca. Nggak usah deh ntar ngrepotin kalian.” Kata Anin.
Ngrepotin gimana? Enggaklah. Ayo, nin.” Ajakku.
“Iya, Nin. Daripada dikelas sendirian.” Ucap Arman.
“Iya udah deh ayo.” Kata Anin halus.
Kemudian kami bertiga berjalan menuju kantin menyusul Verli dan Dimas yang sudah terlebih dahulu meuju kantin. Dari jauh Nampak Verli dan Dimas sedang asyik bercandaan dan bermesraan. Hatiku kaget sekaligus sakit melihat pemandangan itu. Aku nggak pernah diberi perhatian lebih, seperti halnya yang dia berikan kepada Verli. Namun aku tetap berpositif thinking terhadap mereka berdua. Mereka sahabat aku.
Woy, mesra mesraan aja kalian.” Seru Arman.
Ehh, kalian. Iya seru nih. haha” Jawab Dimas.
Suruh duduk dong kitanya. Masak berdiri terus.” Kataku.
Haha, iya sini sini sayang.” Kata Verli.
Setelah itu kami duduk. Tiba tiba Anin berkata bahwa dia mau kekamar mandi. Namun, tak berapa lama Dimas juga ke kamar mandi setelah membaca sms dari HPnya. Aku curiga dengan Dimas dan Anin. Lantas aku menikuti Dimas dari belakang. Ternyata benar dugaanku Dimas bertemu dengan Anin. Apa yang mereka lakukan disini? Aku semakin penasaran. Aku mencoba mendengarkan percakapan mereka. Namun jarak kami terlalu jauh. Dan yang paling mengagetkanku, dimas memegang tangan Anin. Hatiku bergejolak sepeti ingin menangis. Dan terlihat dari kejauhan Anin meneteskan air mata. Aku tak kuat melihat kejaidan itu lantas aku pergi meninggalkan merka dan kembali ke kantin.
Keesokan harinya aku tidak berangkat kesekolah karena demam tinggi. Seharian aku tidur dikamar. Tak ada yang menjenggulku. Yang ada hanya Bi Asih yang selalu ada melayani aku. Saat aku sedang membaca novel tiba tiba Bi Asih masuk kekamarku.
“Maaf Non. Ada yang datang” Ucap Bi Asih.
Saat itu juga Anin muncul dari belakang pintu.
“Ehh Anin. Sendirian aja?” Kataku.
Enggak, aku sama Arman.” Ucap Anin.
Tak berapa lama Arman datang. Aku sempat kecewa karena dimas tidak ikut menjenggukku. Setelah kami berbicara panjang lebar, aku memulai memberanikan diri untuk menyakan hal yang terjadi kemaren pada Anin.
Nin, aku boleh Tanya? Tapi kamu jangan marah, ya!” Ucapku agak ragu.
Haha, Tanya aja. Aku nggak akan marah koq.” Kata Anin.
Emm, kamu kemaren ngapain sama Dimas? Kenapa kamu nangis?” Tanyaku.
Anin terdiam mendengar pertanyaanku. Kamarku menjadi hehing tanpa suara.
Dimas itu mantan aku.” Jawab Anin.
Hah, mantan?” Arman terkaget.
Iya, dan kemaren itu aku bilang sama dia kalau aku masih sayang dan masih mengharapkan dia balik sama aku.” Kata Anin.
Aku menagis.
Caca kenapa nangis?” Tanya Arman.
Aku cinta sama Dimas dan aku berencana mau bilang sama dia besok waktu promnite. Tapi semuanya gagal.” Kataku sambil menangis.
Anin memelukku. Dan dia berkata padaku bahwa dia sudah tidak mengharapkan Dimas untuk bersanding dengannya walau anin masih menyayangi dimas. Dan Anin juga meyakinkanku bahwa Dimas akan menjdi milikku. Setelah agak tenang aku menceritakan apa yang terjadi kepada diriku hingga aku mencintai Dimas. Tiba tiba Dimas dan Verli datang.
Caca sayang, kamu sakit apa?” Tanya Verli sambil memelukku.
Cuman demam koq sayang.” Jawab ku.
Caca abis nangis ya? Kok matanya merah?” Tanya Verli lagi.
Enggak koq. Aku baru banggun tidur tadi. Hehe.” Jawabku.
Eepet sembuh ya Ca, nggak ada kamu nggak seru. Nggak ada yang usil, nggak ada yang cerewet. Hehe peace.” Kata Dimas.
Iya, besok udah sembuh koq, Dim.Kataku.
~||~
3 hari berlalu,
Aku jalani hari hariku dengan penuh semangat. Tak ada beban yang aku pinggul sendiri karena aku telah membaginya pada Anin dan Arman. Malam ini sekolahku akan mengadakan promnite, acara akan dimulai pukul 8 malam. Aku, Anin dan Verli menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk nanti malam. Mulai dari gaun sampai tata wajah yang aan kami gunakan. Kami harus terlihat sempurnya. Saat ini merka sedang berada dirumahku untuk membantuku menyiapkan segalnya.
Bagus yang mana, Ver?” Tanya ku sambil meunjukkan dua gaun yang sangat cantik.
Yang warna merah muda aja. Kesannya lebih lembut dan lebih cewek . Iya nggak nin?” Kata Verli.
Iya, bener tuh. Ntar make up nya pake yang ini, ntar pake lensa yang ini.” Kata Anin.
Aku bahagia mempunyai sahabat sahabat seperti mereka. Merka selalu ada untuk aku.
Malam yang di tunggu tunggu pundatang. Waktu menunjukkan pukul 19.30 aku segera bergegas berangkat menuju tempat yang sudagh direncanankan. Tak lupa aku membawa satu tangkai mawar merah untuk aku berikan kepada Dimas. Sesampainya disana aku langsung menghampiri Anin, Arman, dan Verli. Mereka terlihat sangat perfect dengan riasan yang mereka pakai.
Hay, Dimas dimana koq cuman kalian bertiga?” Kataku.
Tadi masih dimobil, Ca. Nggak tau ambil apa.” Ucap Verli.
Koq kamu tau sih, Ver?” Tanya Arman.
“Ya tau dong. Hehe.” Jawab Verli.
Gue susul dulu ya?” Kataku.
Aku lalu kembali ke parkiran untuk menyusul Dimas. Namun dia sedang berjalan menuju ruang pesta. Aku semakin gugup untuk mengatakan ini kepada Dimas. Lalu dimas berhenti dan aku pun berhenti dihadapan Dimas. Hatiku sangat kacau, ingin rasanya cepat cepat berkata namun mulut tak kuasa berkata.
Caca mau kemana?” Tanya Dimas.
Dimas, aku sayang sama kamu. Tapi kenapa dari dulu kamu nggak pernah sadar kalau aku ada rasa sama kamu? Aku sayang kamu, aku sayang kamu.” Kataku gugup sambil menjulurkan mawar yang aku bawa.
Namun tiba tiba pandangan mataku tertuju pada bunga yang ada ditangan dimas. Betapa kagetnya aku, dalam bunga tersebut terdapat sebuah kertas yang bertuliskan DIMAS LOVE VERLI. Hatiku sangat sakit, tak terrasa airmata mulai memenuhi kelopak mataku.
Kamu, kamu sama Verli? Kapan jadiannya?” Tanya ku dengan hati penuh kehancuran.
Iya, 1 minggu yang lalu.” Jawab Dimas.
Ohh, selamat ya. Aku pergi dulu.” Kataku.
Karena terlalu gugup aku hamper terjatuh. Penyangga Haig hill ku patah.
Kamu gak papa kan, Ca?” Tanya Dimas.
Iya nggak papa koq.” Jawabku sambil mengusap air mata yang membasahi pipiku.
Lalu aku melepas haig hill ku dan aku berlari sambil menagis keluar dari ruangan, saat berlari tiba tiba aku menabarak seseorang dan itu Verli.
Caca kenapa?” Tanya Verli.
Aku memeluk Verli. Aku terus menangis hatiku sangat hancur, sakit teriris. Semuanya kacau.
Lalu aku diajak duduk bersama Verli di kursi depan ruangan. Tiba tiba Anin datang.
Ver, dicari Dimas tuh.” Kata Anin,
Verli pun pergi, Anin memelukku. Aku kembali menagis.
Kenapa, Ca?” Tanya Anin.
Dimas, Nin. Dia udah jadi pacarnya Verli.” Kataku sambil menagis dan memeluk Anin lagi.
Kok bisa? Darimana kamu tahu?” Tanya Anin.
Dari Dimas sendiri.” Jawabku.
Anin memelukku dengan erat. Setelah aku sudah mulai agak tenang, aku minta diantar pulang oleh Arman. Aku tidak mengikuti acara promnite.
Semalaman aku menagisi dimas. Aku menyesal mengatakan hal ini kepada dimas. Namun aku juga tidak bisa memendam rasa ini sendirian.
~||~
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah diantar ayahku, rupanya ayah mengerti kalau aku sedang bersedih. Dalam perjalanan dia menasehatiku agar aku tidak terlalu sedih. Sesampainya disekolah aku langsung menuju kekelas. Dikelas aku mendapati Anin dan Verli sedang duduk di bangku paling depan. Namun aku memilih duduk di bangku paling belakang. Verli menuju kearahku dan duduk disamping aku.
Tadi malem kenapa, Ca?” Tanya Verli.
Nggak papa koq. Cuma lagi pengen nangis aja, Ver.” Jawabku.
Nggak mungkin. Caca yang aku kenal enggak cenggeng. Jujur Ca!” Paksa Verli.
Jangan maksa gitu, Ver. dan kamu jangan duduk disini deh aku lagi pengen sendiri.” Kataku.
Oke.” Jawab verli sambil pergi dari samping aku.
Hari hariku dihiasi dengan kesuraman. Hatiku remuk ketika aku melihat Verli dan Dimas sedang berdua ataupun bermesraan. Aku nggak kuat dengan keadaan ini. Sampai akhirnya aku meminta pindah keluar negeri untuk melanjutkan sekolah disana. Atas saran ayahku aku pergi ke USA.
Hari ini aku berpamitan kepada Anin dan Arman di bandara. Mereka mengantarku.
Caca, jangan pergi. Ntar anak baru kaya nggak punya sahabat.” Kata Anin.
Iya, Ca. Ntar yang aku ajak curhat siapa? Nggak ada yang jail lagi, Ca.” Kata Arman.
Maaf ya, tapi aku harus pergi.” Kataku.
Anin dan Arman memelukku. Tak kuasa air mataku menetes.
Aku titip ini buat Verli dan Dimas.” Kataku.
Iya nanti aku sampaiin koq.” Kata Anin.
Aku pergi ya, baik baik kalian disini.” Kataku sambil berjalan menuju kedalam bandara.
Aku pasti kangen, Ca.” kata Arman.
Setelah itu aku pergi. Aku pergi untuk melupakan semua hal yang terjadi padaku akhir akhir ini.  Aku juga menitipkan surat untuk Verli dan Dimas. Yang isinya
Dear Verli dan Dimas,
Maaf aku nggak kasih kabar sama  kalian kalau aku mau pergi. Aku juga minta maaf atas sikapku selama aku berteman dengan kalian. Mungkin aku terlalu munafik menerima takdir hidup yang tak indah. Aku nggak bisa hadapin ini semua dihadapanmu. Semoga keadaan kalian menjadi indah walau tanpa aku, tanpa senyumanku, tanpa canda tawaku. Aku ingin kalian bahagia. Aku ingin kalian menikmati hidup tanpa gangguan dariku. Terimakasih atas perhatian, kasih sayang dan memory yang kalian beri kepadaku. Aku sayang kalian.
Sahabatmu,
Caca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar