Resensi Novel Hafalan Shalat Delisa
Judul :
Hafalan Shalat Delisa
Pengarang : Tere Liye
Kota terbit : Jakarta
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2011, cetakan ke-12
Jumlah halaman : VI + 270 halaman
2.
Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang
kehidupan seorang anak perempuan yang berumur enam tahun bernama Delisa. Delisa
tinggal di Lhok Nga bersama Ummi Salamah dan empat saudarinya, Kak Fatimah yang
baik, Kak Zahra yang pendiam, Kak Aisyah yang jail. Sementara Abi Usman bekerja
di luar negeri dan hanya pulang setelah beberapa bulan.
Delisa mendapat tugas dari Ibu Guru
Nur untuk menghafal bacaan shalat. Setiap hari Delisa menghafal bacaan
tersebut. Dan jika delisa sudah hafal Ummi akan memberinya hadiah kalung emas
berliontin D untuk delisa yang telah ia beli di Toko Koh Acan dengan separuh
harga. Dan Abi juga akan membelikan
delisa sepeda setelah Abi pulang dari bekerja.
Pagi itu, 24 desember 2004. Delisa
semangat untuk menyetor hafalan shalatnya kepada Ibu Guru Nur. Setelah menunggu
akhirnya sekarang giliran Delisa untuk menyetor hafalannya. Ketika Delisa maju
menyetor kepada Ibu Guru Nur gempa bumi berkekuatan 8,9 SR menguncang Bumi Aceh,
namun Delisa tetap menghafalkannya didepan Ibu Guru Nur. Namun ketika Delisa
ingin sujud air tsunami menghanyutkan Delisa dan semua benda yang ada di dalam
kelas. Semuanya panik.
Setelah kejadian itu Delisa kehilangan
ummi dan kakak-kakaknya. Berhari-hari Delisa tersangkut disemak belukar.
Berhari-hari pula Delisa kelaparan. Dan akhirnya Delisa ditemukan oleh Prajurit
Smith. Setelah menolong Delisa, Prajurit Smith menjadi mualaf dan berganti nama
menjadi Prajurit Salam. Delisa dirawat dirumahsakit di Kapal Induk Jhon F Kennedy.
Beberapa hari Delisa tak sadarkan diri. Keadaannya tidak kunjung membaik. Setelah
Delisa sadar ia harus menerima kenyataan bahwa kakinya harus diamputasi dan Delisa
menerima tanpa mengeluh. Sampai akhirnya Delisa dipertemukan oleh Abinya. Abi
tidak menyangka bahwa delisaakan lebih kuat menerima keadaan, menerima takdir
yang telah digariskan Allah SWT.
Beberapa bulan
setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga, Delisa sudah bisa menerima
keadaan itu. Ia memulai kembali kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di
barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal maupun asing. Beberapa bulan
kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga
sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. Akan tetapi susah, tampak
lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya.
Lupa juga akan kalung berliontin D untuk Delisa, lupa akan sepeda yang di
janjikan Abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.
Akhir dari novel
ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Sebelumnya malam itu Delisa
bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan
untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah
membawa Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa mampu melakukan Sholat
Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan
terbalik. Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah
kalung, ataupun sepeda. Suatu ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian
sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya
itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Delisa menemukan kalung D untuk
Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia
yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa
sangat terkejut.
3.
Jenis buku : fiksi
4.
Kepengarangan
Tere
Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21
mei 1979.Tere Liye tumbuh di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga
sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari
tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan 14 karya. Bahkan
beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar. Berdasarkan email yang di
jadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu darwisdarwis@yahoo.com. Bisa di simpulkan
sederhana bahwa namanya adalah Darwis.
Tere
Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2 dan SMN 2 Kikim
Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 bandar lampung. Setelah
selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan
mengambil fakultas Ekonomi. Tere liye telah menghasilkan banyak karya-karya
yang terkenal diantaranya Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Alloh,
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dan masih banyak lagi.
Tere-liye tidak seperti penulis lain yang
biasanya memasang foto, contact person, profil lengkap pada setiap bukunya. Tere-liye
ingin menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui
tulisannya.Bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan
berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima-kasih. maka Tere-Liye percaya,
sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini.
5.
Penilaian
Kelebihan :
·
Novel ini
disajikan dengan gaya bahasa yang sederhana namun sangat menyentuh.
·
Novel
disajikan dengan bahasa yang mudan dipahami.
·
Novel
disajikan dengan latar belakang kejadian nyata, yang memungkinkan pembaca untuk
berimajinasi lebih tinggi dan dapat merasakannya.
·
Terdapat bait-bait
doa atau puisi untuk menguatkan/menjelaskan keadaan yang sedang terjadi.
·
Mengandung
amanat amanat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Misalnya : delisa
yangkuat dalam menghadapi semua cobaan.
·
Mengajarkan
kegigihan, kekuatan dan kesabaran.
Kekurangan
:
·
Masih
terdapat kata-kata yang kurang dimengerti oleh semua kalangan. Misalnya :
tahyib, meunasah, dll.
·
Masih
terdapat kata-kata yang salah ketik.
6.
Kesimpulan
Novel hafalan Shalat Delisa karya Tere
Liye ini wajib dibaca oleh semua kalangan karena terdapat banyak amanat yang
terkandung dalam novel ini. Dan novel Hafalan Shalat Delisa ini dapat dijadikan
sebagai inpirasi dalam menjalankan kehidupan karena mengajarkan tentang
kesabaran dalam menghadapi cobaan, kegigihan dan kekuatan untuk mencapai sesuatu.
Nama :
Ani Muthoharoh
Kelas :
XI IPA 1
No :
08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar